Kegiatan Sosialisasi Diseminasi Bunga Rampai

Kegiatan Diseminasi Bunga Rampai, Kolaborasi Indah Berbagai Element Dalam Membangun Inklusivitas Dalam Pendidikan

Assalamualaikum dan Hi teman, long time no see yaa. Lama banget hiatus dari dunia perblog-an akhrinya i’m back. Sebenarnya tulisan-tulisan itu udah banyak banget di draft, tinggal dieksekusi, tapi apalah daya waktunya gak ada. Maklumin ya, sibuk urusan domestik yang rasanya gak selesai-selesai.

Tulisan kali ini saya mau sharing pengalaman tentang kegiatan Diseminasi Bunga Rampai Membangun Inklusivitas dan kesetaraan gender yang diadakan oleh Kemendikbud Ristek pada tanggal 19 September 2024 lalu di Balai Penjaminan Mutu Pendidikan (BPMP) Provinsi Bengkulu. Alhamdulillah saya mendapatkan kesempatan mewakili wali murid dan ibu Elda Wahyuni, S.Pd mewakili tenaga pendidik dari SDN 20 Kota Bengkulu untuk menghadiri kegiatan ini.

Kegiatan ini dihadiri oleh 150 peserta, masing-masing peserta berasal dari jenjang PAUD hingga SMA, Pamong Belajar SKB, Ketua PKBM serta Komunitas yang ada di lingkungan Bengkulu. Diseminasi Bunga Rampai ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan penguatan karakter dan memberikan pendampingan bagi ekosistem pendidikan terkait Iklim Inklusivitas dan Kesetaraan Gender.

Diseminasi Bunga Rampai ini dihadiri oleh Bu Surya Nila Sari selaku ketua panitia, Bapak Hamlan Siregar Kasubbag Umum BPMP Kota Bengkulu, Perwakilan dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Bengkulu, serta penulis buku Bunga Rampai yaitu Leliana Lianty, M.Pd dan meliana Puspitasari S.Psi.,M.Psi.,

Sebelum masuk ke materi utama yang disampaikan oleh narasumber utama yaitu penulis buku Bunga Rampai bu Leliana Lianty, M.Pd dan meliana Puspitasari S.Psi.,M.Psi., Ibu Surya Nila Sari selaku ketua panitia menyampaikan maksud dan tujuan diadakannya kegiatan tersebut, yakni dalam rangka mendukung capaian indikator kinerja kegiatan.

Capaian Indikator Kinerja Kegiatan Bunga Rampai Bagi Ekosistem Pendidikan

Capaian indikator kinerja kegiatan diseminasi bunga rampai yang berfokus pada membangun inklusivitas dan kesetaraan gender bagi ekosistem pendidikan harus mencakup perubahan yang berdampak pada seluruh aspek pendidikan, mulai dari kebijakan hingga praktik di ruang kelas. Berikut adalah indikator yang relevan:

  • Jumlah dan Distribusi Bunga Rampai di Lembaga Pendidikan
    Hal ini dimaksudkan jumlah bunga rampai yang didistribusikan ke sekolah, universitas, atau lembaga pendidikan lainnya. Jumlah institusi pendidikan yang menerima bunga rampai dan terlibat dalam kegiatan diseminasi.
  • Partisipasi dan Keterlibatan Stakeholder Pendidikan
    Jumlah peserta dari kalangan pendidik, siswa, dan pemangku kepentingan (seperti kepala sekolah, pengawas pendidikan) yang mengikuti seminar, lokakarya, atau diskusi tentang bunga rampai. Jumlah guru atau dosen yang berpartisipasi dan mendapatkan materi terkait kesetaraan gender.
  • Perubahan Sikap dan Pemahaman di Kalangan Pendidik.
    Survei pre- dan post- kegiatan untuk mengukur perubahan pemahaman pendidik tentang pentingnya kesetaraan gender dan inklusivitas di lingkungan belajar. Umpan balik dari guru dan dosen yang menunjukkan peningkatan kesadaran mereka terhadap isu-isu gender di sekolah atau kampus.
  • Penerapan Kebijakan Kesetaraan Gender di Sekolah
    Jumlah sekolah atau institusi yang mulai mengadopsi kebijakan berbasis kesetaraan gender (misalnya, kebijakan anti-diskriminasi, ruang aman bagi semua gender, atau kebijakan rekrutmen yang setara). Pembentukan program khusus atau komite gender di sekolah atau universitas untuk mempromosikan inklusivitas dan kesetaraan gender.
  • Integrasi Tema Kesetaraan Gender dalam Kurikulum
    Jumlah institusi pendidikan yang mulai mengintegrasikan tema kesetaraan gender dalam kurikulum mereka, baik melalui mata pelajaran khusus atau sebagai bagian dari pembahasan lintas disiplin. Penggunaan materi bunga rampai dalam kelas atau modul pengajaran untuk membahas kesetaraan gender dan inklusivitas.
  • Pelatihan dan Pengembangan Kapasitas Pendidik
    Jumlah guru dan tenaga pendidik yang menerima pelatihan tentang pengajaran inklusif dan berperspektif gender. Tingkat keterlibatan dalam program pengembangan profesional yang berfokus pada pengajaran yang responsif terhadap kesetaraan gender.
  • Keterlibatan Siswa dalam Diskusi Kesetaraan Gender
    Jumlah siswa yang terlibat dalam diskusi, debat, atau proyek yang menggunakan bunga rampai untuk membahas isu-isu kesetaraan gender. Peningkatan pemahaman siswa mengenai inklusivitas dan peran gender di lingkungan sekolah yang diukur melalui survei atau wawancara.
  • Cakupan dan Jangkauan Geografis
    Jangkauan distribusi bunga rampai ke berbagai wilayah, termasuk daerah terpencil dan institusi dengan latar belakang sosial-ekonomi yang beragam. Cakupan sekolah dari berbagai tingkat pendidikan (misalnya, SD, SMP, SMA) yang terlibat dalam program diseminasi.
  • Penggunaan Teknologi untuk Meningkatkan Aksesibilitas
    Jumlah unduhan atau akses daring terhadap bunga rampai dari platform digital, e-library, atau portal pendidikan. Peningkatan akses ke bunga rampai di institusi yang mungkin kesulitan mendapatkan versi fisik, seperti sekolah di daerah terpencil.
  • Feedback dari Ekosistem Pendidikan
    Respon dan testimoni dari kepala sekolah, guru, siswa, dan orang tua tentang bagaimana bunga rampai membantu meningkatkan kesadaran dan mendorong terciptanya lingkungan yang lebih inklusif di sekolah. Evaluasi kualitatif yang menunjukkan bagaimana diseminasi bunga rampai menginspirasi perubahan dalam perilaku dan kebijakan di ekosistem pendidikan.
  • Peningkatan Partisipasi Gender di Berbagai Bidang
    Jumlah siswa perempuan atau kelompok minoritas gender yang mulai lebih aktif terlibat dalam bidang-bidang yang sebelumnya didominasi oleh satu gender (misalnya, lebih banyak siswa perempuan di bidang STEM atau siswa laki-laki di bidang seni dan sosial). Perubahan dalam pola partisipasi ekstrakurikuler yang lebih inklusif terhadap semua gender.
  • Peningkatan Kepemimpinan Perempuan di Sekolah
    Jumlah perempuan yang menempati posisi kepemimpinan di sekolah, seperti ketua OSIS, ketua ekstrakurikuler, atau ketua proyek. Perubahan pola kepemimpinan yang lebih inklusif di kalangan siswa maupun staf pengajar di berbagai tingkatan.
  • Keberlanjutan dan Tindak Lanjut
    Frekuensi kegiatan lanjutan seperti diskusi, pelatihan, atau workshop yang diadakan untuk memastikan keberlanjutan kesadaran kesetaraan gender di sekolah.

Komitmen jangka panjang dari sekolah dan institusi untuk terus mempromosikan dan mendukung kesetaraan gender dan inklusivitas. Dengan indikator-indikator ini, kegiatan diseminasi bunga rampai diharapkan dapat menciptakan ekosistem pendidikan yang lebih inklusif dan setara, di mana setiap siswa, tanpa memandang gender, memiliki akses yang sama untuk berkembang dan berprestasi.

Selain itu Bu Dian Sri Nursi dari Kemendikbud Ristek bagian Penguatan Karakter menyampaikan jika kompetensi karakter sendiri merupakan potensi utama bagi pendidikan Indonesia saat ini dan di masa mendatang. Pendidikan pada abad 21 diharapkan tidak hanya sebatas tingkatkan kompetensi intelektual semata, namun juga harus disertai dengan karakter yang diinginkan nilai Pancasila. Dalam upaya peningkatannya, Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi terus mendorong dengan melalui satuan pendidikan yang tidak hanya aman, namun juga nyaman serta bebas dari segala bentuk kekerasan. Untuk itu, diperlukan kerja sama semua pihak agar semuanya dapat berjalan dengan baik.

Pada kesempatannya, Kepala BPMP Provinsi Bengkulu membuka acara Diseminasi Bunga Rampai membangun Inklusivitas Gender, yang diwakili oleh Bapak Hamlan Siregar Kasubbag Umum BPMP. Pak Hamlan mengungkapkan tentang kegembiraannya melihat antusiasme seluruh peserta dalam acara tersebut dan menegaskan bahwa pendidikan inklusif merupakan jawab bersama.

Membangun Iklim Inklusivitas dan Kesetaraan Gender Dalam Pendidikan

Membangun Iklim Inklusivitas dan Kesetaraan Gender dalam Pendidikan berarti menciptakan lingkungan pendidikan yang tidak hanya saling menghargai, namun juga saling mendukung, dan memberikan kesempatan yang setara bagi setiap individu, terlepas dari identitas gender, latar belakang sosial, kemampuan fisik, atau pun karakteristik pribadi lainnya. Hal ini mencakup berbagai tindakan dan kebijakan yang memastikan bahwa semua siswa, guru, dan staf pendidikan dapat belajar, berpartisipasi, serta berkembang tanpa adanya hambatan, diskriminasi, atau bias gender.

Seperti yang disampaikan oleh penulis buku Bunga Rampai dan sekaligus narasumber yaitu Bu Neliana Puspitasari, S.Psi.,M.Psi., Inklusif merupakan istilah yang digunakan untuk membangun lingkungan yang terbuka bagi semua orang termasuk penyandang disabilitas dan anak yang mempunyai kecerdasan dan bakat istimewa, agar dapat memiliki kesempatan yang sama dan diperlakukan secara adil, tanpa diskriminasi atau pengecualian, berdasarkan latar belakang sosial, budaya, etnis, agama, bahasa, dan jenis kelamin.

Selain membahasa tentang Inklusivitas dalam pendidikan terdapat materi menarik lainnya yaitu pembahasan tentang Kesetaraan Gender yang disampaikan oleh Leliana Lianty,M.Pd yang juga merupakan salah satu penulis buku Bunga Rampai.

Kesetaraan gender adalah keseimbangan hak, peluang/kesempatan, peran, dan kewajiban antara laki-laki dan perempuan dalam partisipasinya sebagai individu untuk membangun bangsa dan negara, serta menikmati hasil pembangunan tersebut. 

Ada materi yang sangat membuat saya tertarik yaitu tentang peran keluarga dalam kesetaraan gender ini, karena menurut saya hal ini memang sangat penting mengingat anak merupakan bagian dari sebuah keluarga dan peran keluarga akan sangat berpengaruh dalam hal ini. Lingkup keluarga terkadang secara tidak sadar lebih sering membuat batasan ini hanya boleh dilakukan oleh anak laki-laki ini dan ini tidak boleh untuk anak perempuan.

Selain dirumah, sekolah pun memiliki peran yang tidak kalah pentingnya

Iklim Inklusivitas.

Inklusivitas dalam pendidikan mengacu pada upaya untuk memastikan bahwa setiap orang, termasuk kelompok yang rentan atau terpinggirkan, dapat merasa diterima, dihargai, dan didukung dalam lingkup pendidikan. Iklim pendidikan yang inklusif ditandai dengan:

  • Lingkungan Pembelajaran yang Akomodatif
    Fasilitas, kurikulum, dan kegiatan pendidikan dirancang untuk mendukung partisipasi semua siswa, termasuk mereka yang memiliki kebutuhan khusus, minoritas gender, dan latar belakang sosial yang berbeda.
  • Penghargaan terhadap Keberagaman
    Membangun suasana yang menghargai perbedaan pendapat, latar belakang, dan identitas, serta merayakan keberagaman sebagai bagian dari proses pembelajaran.
  • Menghapus Hambatan Psikologis dan Fisik
    Menciptakan lingkungan yang bebas dari rintangan fisik (aksesibilitas bangunan) dan psikologis (seperti bullying, pelecehan, atau stigma) yang dapat menghalangi proses belajar.
  • Kesetaraan Gender dalam Pendidikan
    Kesetaraan gender dalam pendidikan berarti memastikan bahwa anak laki-laki dan perempuan, serta individu dengan identitas gender yang beragam, memiliki akses yang sama terhadap kesempatan belajar dan dapat mencapai potensi maksimal mereka tanpa batasan berdasarkan gender. Ini mencakup:
  • Keadilan dalam Akses dan Kesempatan
    Menjamin bahwa semua siswa memiliki hak yang sama dalam mengakses pendidikan, fasilitas, dan sumber daya sekolah. Misalnya, mendorong partisipasi siswa perempuan dalam bidang sains dan teknologi (STEM) yang biasanya didominasi oleh laki-laki.
  • Menghapus Stereotip Gender
    Menghilangkan pandangan atau kebijakan yang memperkuat peran tradisional gender yang sempit, seperti anggapan bahwa anak laki-laki lebih baik dalam olahraga atau anak perempuan harus belajar keterampilan domestik.
  • Mendorong Kepemimpinan dan Partisipasi Aktif
    Memastikan representasi yang setara dalam peran kepemimpinan di sekolah (misalnya, OSIS, ketua kelas) dan aktivitas ekstrakurikuler, serta mendorong siswa dari semua gender untuk aktif berpartisipasi dalam diskusi dan pengambilan keputusan.

Kebijakan Sekolah yang Mendukung Inklusivitas dan Kesetaraan Gender

Kebijakan yang mendukung iklim inklusivitas dan kesetaraan gender dalam pendidikan mencakup:

  • Kebijakan Anti-Diskriminasi dan Anti-Bullying
    Menerapkan kebijakan yang melindungi semua siswa dari diskriminasi, pelecehan, dan kekerasan berbasis gender.
  • Prosedur Laporan yang Aman. Yakni, menyediakan mekanisme bagi siswa untuk melaporkan diskriminasi atau ketidakadilan yang dialami tanpa takut akan pembalasan.
  • Pendidikan Seksualitas yang Komprehensif
    Mengajarkan siswa tentang kesetaraan gender, hak asasi, dan hubungan yang sehat sebagai bagian dari program pendidikan.

Lingkungan yang Aman dan Mendukung bagi Semua Gender

Lingkungan yang aman tidak hanya berarti fisik, tetapi juga emosional dan psikologis. Ini berarti:

  • Menciptakan Ruang Aman di Sekolah
    Menyediakan tempat atau program di mana siswa dapat berbagi pengalaman dan kekhawatiran mereka tanpa takut dihakimi, terutama bagi siswa yang mungkin menghadapi perundungan atau marginalisasi karena identitas gender mereka.
  • Keterlibatan Semua Pihak
    Mendorong keterlibatan seluruh komunitas sekolah — termasuk guru, staf, orang tua, dan siswa — untuk bersama-sama menciptakan budaya yang menghormati kesetaraan dan keberagaman.

Pemantauan dan Evaluasi Kesetaraan Gender

Untuk memastikan bahwa upaya membangun iklim inklusivitas dan kesetaraan gender berjalan efektif, diperlukan pemantauan dan evaluasi yang berkelanjutan, seperti:

  • Survei dan Kuesioner
    Mengumpulkan data tentang persepsi siswa dan guru mengenai kesetaraan gender dan inklusivitas di sekolah.
  • Indikator Keberhasilan
    Menggunakan indikator spesifik (misalnya, tingkat partisipasi siswa perempuan dalam STEM atau kepemimpinan siswa dari semua gender) untuk mengevaluasi dampak dari program atau kebijakan yang diterapkan.
  • Revisi Kebijakan Berdasarkan Hasil Evaluasi
    Menyesuaikan strategi atau kebijakan berdasarkan umpan balik dan hasil pemantauan.

Partisipasi Siswa dalam Membangun Budaya Inklusif
Mendorong siswa untuk menjadi agen perubahan, yakni dengan:

  • Program Pendampingan Sebaya
    Memanfaatkan kekuatan pendidik sebaya untuk menyebarkan nilai-nilai kesetaraan gender.
  • Diskusi Terbuka dan Proyek Kolaboratif
    Mendorong siswa untuk mengadakan diskusi tentang topik gender, inklusivitas, dan keberagaman sebagai bagian dari proyek kelas.
  • Mendorong Kesadaran Gender di Luar Ruang Kelas
    Kesetaraan gender bukan hanya soal kurikulum, tetapi juga tentang aktivitas yang lebih luas di lingkungan sekolah, seperti misalnya:
  • Kegiatan Ekstrakurikuler yang Bebas Bias Gender
    Memastikan bahwa setiap siswa dapat berpartisipasi dalam semua kegiatan tanpa adanya pembatasan berdasarkan gender.
  • Penggunaan Bahasa yang Netral Gender
    Memastikan bahasa yang digunakan di sekolah tidak mendiskriminasi atau menciptakan prasangka berdasarkan identitas gender.

Bagi saya kegiatan ini amat sangat bermanfaat mengingat tidak banyak kegiatan-kegiatan sosialisasi yang melibatkan wali murid di dalamnya. Kegiatan kemarin sangatlah menarik walaupun kegiatan ini dilaksanakan dari pagi hingga sore dengan narasumber yang keren dan materi yang bermanfaat semua rangkaian kegiatannya bisa nikmati dengan senang dan gembira. Peserta yang hadir pun semua terlihat sangat aktif dalam memberikan berbagai pertanyaan yang menarik dan sangat mewakili peserta lainnya.

Semoga sharing pengalaman saya kali ini bisa bermanfaat untuk teman-teman yang membaca terimakasih sudah berkunjung dan semoga sehat serta bahagia selalu, Salam.

More Reading

Post navigation