Tanggal 7 Oktober lalu menjadi hari yang tidak akan pernah saya lupakan.
Pagi itu, saya berdiri di depan panggung Hotel Mercure Kota Bengkulu, memegang mikrofon dengan telapak tangan yang terasa dingin. Bukan karena udara ruangan, tapi karena jantung saya berdetak sedikit lebih cepat dari biasanya.
Hari itu, saya mendapat amanah menjadi moderator dalam acara Pelatihan Literasi Digital dan Kewirausahaan untuk Disabilitas, Rangkaian Program CSR XLSMART Peduli Disabilitas Berdaya 2025 yang diselenggarakan oleh XLSMART di Hotel Mercure Kota Bengkulu.
Yang membuatnya istimewa ini adalah pertama kalinya saya menjadi moderator di hadapan peserta penyandang disabilitas. Rasa antusias bercampur gugup. Dalam hati saya sempat bertanya,
“Apakah saya bisa menyampaikan pesan dengan baik? Apakah mereka bisa memahami yang saya ucapkan?”

Daftar Isi
ToggleRasa Ragu dan Pertemuan yang Menenangkan
Sebelum acara dimulai, saya sempat memandangi kursi-kursi yang mulai terisi. Ada teman-teman tuna daksa, ada juga teman tuli yang hadir dengan wajah cerah dan semangat luar biasa. Di antara rasa haru dan kagum itu, jujur saja, ada sedikit keraguan yang menempel di dada saya.
Namun, semua rasa itu perlahan sirna ketika Kak Wawa mengenalkan saya kepada Kak Rendy dan Kak Debby, Founder Komunitas Kita Sama Bengkulu, yang hadir sebagai tim juru bahasa isyarat. Mereka menyapa dengan hangat, memberi penjelasan singkat tentang bagaimana komunikasi bisa tetap mengalir meski dengan cara yang berbeda.
“Tenang aja, Mbak. Kami bantu menerjemahkan,” kata Kak Rendy dengan senyum menenangkan.
Kalimat sederhana itu terasa seperti energi positif yang menenangkan hati saya.
Sepanjang acara, mereka berdua menjadi jembatan yang luar biasa memastikan teman-teman tuli bisa menangkap setiap kata yang disampaikan narasumber, termasuk saya.
Dari situ saya belajar, bahwa komunikasi sejatinya bukan soal seberapa fasih kita berbicara, tapi seberapa tulus kita ingin dimengerti.

Acara hari itu merupakan bagian dari Program CSR XLSMART , sebuah pelatihan yang diinisiasi oleh XLSMART untuk mendukung pemberdayaan penyandang disabilitas di Indonesia, khususnya di Bengkulu, agar mereka bisa lebih siap beradaptasi dan berkembang di era digital.
Kegiatan ini terselenggara berkat kolaborasi antara XLSMART, DT Peduli, serta mitra komunitas seperti PPDI (Perkumpulan Penyandang Disabilitas Indonesia), Komunitas Kita Sama Bengkulu, dan Bloggercrony Community sebagai fasilitator kegiatan.
Sejak awal acara, saya bisa merasakan semangat kebersamaan yang kuat.
Bukan hanya dari peserta, tapi juga dari para pihak yang hadir dan mendukung jalannya kegiatan.
Saat itu yang hadir adalah sosok-sosok yang begitu berperan dalam mewujudkan semangat inklusivitas hari itu. Tampak Ibu Desy Sari Dewi, Group Head XLSMART West Region, yang hadir dengan senyum hangat penuh dukungan. Di sampingnya, Bapak Dede Sugih Hartono, Head of Program DT Peduli, ikut menyimak setiap rangkaian kegiatan dengan antusias.
Tak ketinggalan, rekan-rekan dari Corporate Communication XLSMART, yang diwakili oleh Ibu Astri Mertiana bersama tim XLSMART West Region, turut memberikan energi positif tersendiri bagi suasana acara.
Dari Komunitas Kita Sama, hadir Kak Wiza Aulia Permata sebagai pendamping, sementara dari PPDI DPD Bengkulu tampak Bapak Rachmad Istari yang juga sebagai peserta yang terlihat sangat bersemangat.
Turut hadir pula Ibu Hj. Hetty Hartaty, M.Pd, Ketua Yayasan Dharma Bhakti Kesejahteraan Sosial, yang selama ini dikenal aktif dalam berbagai kegiatan sosial. Pada kesempatan itu, Ibu Hetty juga menerima Gerakan Donasi Kuota (GDK) dari XLSMART, yang diserahkan langsung oleh Ibu Desy Sari Dewi, selaku Group Head XLSMART West Region.
Tentu saja, suasana semakin semarak dengan kehadiran teman-teman media, blogger, serta tamu undangan lainnya yang bersama-sama menjadi bagian dari momen penuh makna ini.
Kehadiran mereka semua bukan sekadar formalitas, melainkan wujud nyata dari sebuah pesan besar yang ingin disampaikan melalui kegiatan ini bahwa inklusivitas bukan hanya konsep yang dibicarakan, tetapi sebuah komitmen yang dijalankan bersama, dengan hati.

Cerita di Balik Mikrofon Moderator
Sebagai moderator, tugas saya adalah menjaga alur acara, menghubungkan narasumber dengan peserta, dan memastikan suasana tetap hangat dan interaktif.
Namun kali ini, rasanya berbeda. Saya bukan hanya memandu acara, tapi juga belajar dari setiap detik yang saya jalani.
Di panggung, setiap kali saya berbicara, saya melihat Kak Rendi dan Kak Debby menerjemahkan kata-kata saya dengan bahasa isyarat yang indah dan penuh makna.
Gerakan tangan mereka terasa seperti tarian komunikasi yang membuat semua orang bisa terhubung. Saya jadi semakin percaya bahwa keterbatasan bukanlah penghalang karena ketika hati terbuka, semua bisa saling memahami.
Hari itu, saya menjadi saksi bagaimana XLSMART Peduli membuktikan bahwa inklusivitas itu nyata, bukan sekadar jargon. Sebagai program CSR dari perusahaan telekomunikasi besar di Indonesia, XLSMART fokus banget pada disabilitas karena bagi mereka, Diversity, Equity & Inclusion itu bukan konsep, tapi komitmen nyata.
Acara XLSMART Peduli Disabilitas Berdaya hari itu penuh energi. Ada DT Peduli sebagai pendamping utama, fasilitator literasi digital dari Bloggercrony Indonesia (BCC), dan teman-teman dari PPDI, teman-teman kitasama Bengkulu yang memastikan semua peserta benar-benar bisa mengikuti setiap sesi.
Yang bikin saya kagum? Semangat teman-teman penyandang disabilitas. Mereka mulai berani ambil peran sebagai pemimpin dalam kewirausahaan. Dari belajar memotret produk, lalu mengelola foto tersebut menjadi sebuah foto yang lebih menarik dengan memanfaatkan AI Gemini dan menjadikannya sebuah poster untuk keperluan promosi.
Dengan itu, teman-teman tuli dan daksa bisa memperluas cakrawala, meningkatkan kemampuan, dan menjangkau lebih banyak calon pembeli. Semua ini tidak hanya soal skill, tapi soal percaya diri dan keberanian untuk bergerak.
Dan yang paling bikin acara ini terasa spesial: kolaborasi lintas organisasi. XLSMART Peduli, DT Peduli, BCC, PPDI, dan teman-teman kitasama Bengkulu bekerja sama untuk memastikan setiap peserta bisa belajar dengan nyaman, inklusif, dan menyenangkan.
Tujuannya jelas untuk membangun wirausaha disabilitas yang mandiri, kreatif, dan siap bersaing. Dengan dukungan semua pihak, impian kewirausahaan inklusif tidak lagi jauh dari kenyataan. Hari itu, saya benar-benar percaya bahwa kemampuan tidak dibatasi oleh keterbatasan fisik, tapi justru diperluas oleh semangat belajar dan kolaborasi.

Belajar Produksi Konten AI yang Ramah Disabilitas
Salah satu sesi paling menarik hari itu dibawakan oleh Milda Ini, narasumber inspiratif yang membawakan materi “Produksi Konten AI untuk Wirausaha Digital yang Ramah bagi Penyandang Disabilitas.”
Saya duduk memperhatikan dengan penuh rasa ingin tahu. Ibu Milda menjelaskan bagaimana Artificial Intelligence (AI) Gemini bisa menjadi sahabat bagi siapa saja termasuk penyandang disabilitas dalam mengembangkan usaha mereka.
Mulai dari membuat desain promosi, menulis caption menarik, hingga mengatur strategi pemasaran digital dengan cara yang mudah dan efisien.
Peserta tampak begitu antusias. Ada yang mencatat dengan serius, ada pula yang langsung mencoba membuat konten digital di ponsel mereka. Beberapa bahkan tidak berhenti tersenyum saat melihat hasil karya pertamanya.
Saya bisa melihat betapa hidupnya suasana saat para peserta mulai menjalankan sesi Praktik. Peserta yang hadir saat itu berjumlah 25 orang yang terdiri dari 12 orang teman daksa dan 13 teman tuli benar-benar memberikan energi luar biasa.
Pada saat sesi istirahat, seorang peserta sempat bercerita kepada saya, dengan suaranya yang bergetar, ia mengatakan
“Saya tidak menyangka ada acara sebagus ini di Bengkulu.
Ini sangat bermanfaat bagi saya karena membantu mengembangkan usaha dan mempermudah saya dalam promosi.
Saya sendiri menahan haru. Dalam hati, saya merasa bersyukur bisa menjadi bagian dari momen sekecil ini yang mungkin memberi dampak besar bagi hidup seseorang.



Kolaborasi dan Dukungan yang Menguatkan
Salah satu hal yang paling saya syukuri dalam acara ini adalah adanya kolaborasi lintas komunitas yang luar biasa. Selain tim dari XLSMART dan DT Peduli, saya juga sangat terbantu oleh arahan dari Kak Wawa, Founder Komunitas Bloggercrony.
Sejak awal, Kak Wawa memberikan banyak masukan yang sangat berarti untuk saya.
Beliau sosok yang tenang, tegas, dan jelas dalam menyampaikan arahan, tapi juga sangat hangat dan mendukung. Sebagai seseorang yang baru pertama kali memandu acara dengan peserta penyandang disabilitas, bimbingan Kak Wawa menjadi pegangan penting bagi saya.
Setiap arahan yang beliau berikan terasa membantu saya untuk memahami ritme acara, menjaga komunikasi dengan peserta, dan tetap fokus pada tujuan utama: menghadirkan ruang yang inklusif dan penuh semangat pemberdayaan.
Tidak berlebihan rasanya jika saya bilang, tanpa dukungan Kak Wawa pengalaman pertama saya ini tidak akan berjalan seindah itu.
Sebagai moderator, saya tidak hanya belajar berbicara di depan banyak orang, tapi juga belajar untuk mendengar, memahami, dan merasakan. Saya belajar bahwa inklusi sejati tidak berhenti pada slogan, tapi hidup di setiap interaksi kecil yang kita lakukan dengan penuh empati.
Refleksi Kecil dari Seorang Moderator
Ketika sore pun mulai tiba dan saya akhirnya kembali ke rumah, saya memutar ulang semua momen dalam pikiran. Saya teringat ekspresi semangat para peserta, tawa mereka, juga haru yang muncul di beberapa sesi.
Saya teringat tangan-tangan Kak Rendi dan Kak Debby yang terus bergerak menerjemahkan setiap kata, dan suara Kak Wawa yang menenangkan saya di awal acara.
Hari itu, saya sadar bahwa pemberdayaan tidak hanya tentang memberikan pelatihan, tetapi juga tentang memberi ruang bagi semua orang untuk merasa berharga.
Melalui Program CSR XLSMART Peduli Disabilitas Berdaya 2025, saya menyaksikan langsung bagaimana teknologi, empati, dan kolaborasi bisa bersatu menjadi kekuatan yang menginspirasi.
Dari Bengkulu, semangat itu kini tumbuh, menyebarkan pesan bahwa dunia digital seharusnya milik semua orang tanpa terkecuali.
Dan bagi saya pribadi, ini bukan sekadar pengalaman menjadi moderator.
Ini adalah perjalanan hati yang membuat saya tumbuh sebagai pembelajar, sebagai manusia.

XLSMART Peduli Disabilitas : Mewujudkan Disabilitas Berdaya di Era Digital